PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L. ) DENGAN PEMBERIAN PEMBENAH TANAH DI KABUPATEN NGANJUK
DOI:
https://doi.org/10.31328/ja.v16i2.4136Keywords:
bawang merah, pembenah tanah, Nganjuk, shallots, soil amendmentsAbstract
ABSTRAK Bawang merah merupakan tanaman semusim yang banyak dimanfaatkan sebagai bumbu masakan. Di Kabupaten Nganjuk menurut data BPS, bawang merah ditanam di 19 kecamatan pada total lahan seluas 13.861 ha di tahun 2019; 14.505 ha di tahun 2020; dan lahan seluas 16.780 ha di tahun 2021. Total produksi bawang merah sebesar 1761.79 ton pada tahun 2021 dengan produktivitas sebesar 8.81 ton/ha. Produksi ini masih di bawah potensi produksi yang sebesar 10 ton/ha. Upaya untuk meningkatkan produksi dapat dilakukan dengan memberi perlakuan pembenah tanah. Tujuan penelitian adalah mengkaji produksi bawang merah dengan beberapa pembenah tanah. Penelitian dilakukan menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan perlakuan 3 macam pembenah tanah, yaitu (1) Orkap: Pembenah tanah pupuk kandang 2 ton/ha + kapur pertanian 2 ton/ha + Urea 200 kg/ha +ZA 200 kg/ha + SP-36 400 kg/ha + KCl 400 kg/ha; (2) BePom: Pembenah tanah Beka-Pomi + bahan organik 2 ton/ha +Urea 200 kg/ha +SP-36 400 kg/ha + KCl 400 kg/ha dan (3) Konven: Metode yang diterapkan petani, yaitu pupuk NPK 16-16-16 dosis 400 kg/ha + Urea 200 kg/ha, ZA 200 kg/ha + pupuk majemuk NPS 16-20-12 dosis 400 kg/ha + KCl 400 kg/ha.  Setiap perlakuan dilakukan di dua lokasi masing-masing seluas 1250 m2. Parameter yang diamati meliputi tinggi tanaman, jumlah anakan, bobot basah tanaman, jumlah dan diameter umbi segar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Perlakuan BePom memberikan tinggi tanaman yang tertinggi dibanding perlakuan Konven. Jumlah anakan bawang merah terbanyak dicapai pada perlakukan Orkap. Sementara bobot basah tanaman, jumlah dan diameter umbi bawang merah tidak berbeda nyata pada semua perlakuan pembenah tanah. Ketiga perlakuan memberikan hasil yang sama baiknya. ABSTRACTShallot is an annual plant that is widely used as spice. In Nganjuk Regency, according to BPS data, shallots were planted in 19 sub-districts on a total land area of 13,861 ha in 2019; 14,505 ha in 2020; and land area of 16,780 ha in 2021. Total shallot production is 1761.79 tons in 2021 with a productivity of 8.81 tons/ha. This production is still below the potential production of 10 tons/ha. Efforts to increase production can be done by treating the soil amendments. The research objective was to study shallot production with several soil amendments. The study was conducted using a randomized block design with 3 types of soil amendments, namely (1) Orkap: 2 tons/ha of manure + 2 tons/ha of agricultural lime + 200 kg/ha of Urea + 200 kg/ha of ZA + SP-36 400 kg/ha + KCl 400 kg/ha; (2) BePom: Beka-Pomi soil enhancer + organic matter 2 tonnes/ha +Urea 200 kg/ha +SP-36 400 kg/ha + KCl 400 kg/ha and (3) Konven: The method applied by farmers, namely fertilizer NPK 16-16-16 dose of 400 kg/ha + Urea 200 kg/ha, ZA 200 kg/ha + compound fertilizer NPS 16-20-12 dose of 400 kg/ha + KCl 400 kg/ha. Each treatment was carried out in two locations with an area of 1250 m2 each. Parameters observed included plant height, number of tillers, fresh weight of plants, number and diameter of fresh tubers. The results showed that the BePom treatment gave the highest plant height compared to the Konven treatment. The highest number of shallot tillers was achieved in the Orkap treatment. While the fresh weight of the plants, the number and diameter of shallot bulbs were not significantly different in all soil enhReferences
Anonim. 2015. Petani Bawang Merah Setiap Panen Hasilkan Rp 118,5 Juta/Ha. https://kominfo.jatimprov.go.id/read/umum/43114.
Anonim. 2022a. Dukcapil Kemendagri Rilis Data Penduduk Semester I Tahun 2022, Naik 0,54% Dalam Waktu 6 Bulan.
https://dukcapil.kemendagri.go.id/berita/baca/1396/dukcapil-kemendagri-rilis-data-penduduk-semester-i-tahun-2022-naik-054-dalam-waktu-6-bulan.
Anonim. 2022b. Produktivitas Bawang Merah Menurut Kecamatan. 2021
https://nganjukkab.bps.go.id/indicator/55/688/1/produktivitas-bawang-merah-menurut-kecamatan.html.
Azmi, C., I.M. Hidayat dan G. Wiguna. 2011. Pengaruh Varietas dan Ukuran Umbi terhadap Produktivitas Bawang Merah. Jurnal Hortikultura. 21(3): 206–213.
Ernawati, L. 2015. Pengaruh Bobot Bibit dan Dosis Pupuk Kalium terhadap Serapan K, Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Varietas Bima. Agroswagati 3(2): 331–343.
Hanafiah. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Raja Grafindo Press. Jakarta.
Harto, B.Y. 2020. Mengenal Varietas Bawang Merah Unggulan. https://jagadtani.com/read/1355/mengenal-varietas-bawang-merah-unggulan.
Gunadi, N. 2009. Kalium Sulfat dan Kalium Klorida sebagai Sumber Pupuk Kalium pada Tanaman Bawang Merah. J. Hort. 19 (2): 174-185.
Irfan, M. 2013. Respon Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) terhadap Zat Pengatur Tumbuh dan Unsur Hara. Jurnal Agroteknologi. 3(2): 35–40.
Istina, I. N. 2016. Peningkatan Produksi Bawang Merah Melalui Teknik Pemupukan NPK. Jurnal Agro. 3(1): 36–42. https://doi.org/10.15575/810.
Mufairoh, L., S. Laili, & T. Rahayu. 2018. Pengaruh Pemberian Hasil Samping Pembuatan Biogas Sebagai Pupuk Organik Cair terhadap Pertumbuhan Bawang Merah (Allium cepa L.). EJ.SAINS ALAMI (Known Nature). 1(1).
Puspa, R. D. 2019. Pengaruh Takaran Kompos Kotoran Sapi dan Jenis Mulsa Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bawah Merah (Allium ascalonicum L). Unpublished . Dissertasion. Universitas Muhammadiyah Palembang.
Susetya, D. 2016. Panduan Lengkap Membuat Pupuk Organik untuk Tanama