IDENTIFIKASI HAMA DAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) DENGAN APLIKASI PUPUK LIMBAH ULAT SUTRA

Authors

  • Rujirmus Bobi Universitas Tribhuwana Tunggadewi
  • Hidayati Karamina Universitas Tribhuwana Tunggadewi
  • Erwin Ismu Wisnubroto Universitas Tribhuwana Tunggadewi

DOI:

https://doi.org/10.31328/ja.v17i1.4577

Keywords:

pupuk, ulat sutra, bawang merah, hama, penyakit, fertilizers, silkworms, shallots, pests, diseases

Abstract

ABSTRAKProduktivitas bawang merah di Indonesia masih rendah sebesar 9,24 ton/ha. Hal ini karena penggunaan bibit yang kurang bermutu, media tanam yang kurang baik dan akibat serangan hama penyakit. Penggunaan insektisida secara intensif membahayakan konsumen. Salah satu metode pengendalian hama dan penyakit adalah metode kultur teknis. Maraknya budidaya ulat sutra mengakibatkan limbah ulat sutra juga banyak. Jika limbah tidak dikelola dengan baik dapat mengakibatkan penyakit bagi ulat sutra dan mencemari lingkungan. Oleh karena itu dilakukan penelitian menggunakan pupuk limbah kotoran ulat sutra untuk mengurangi pengunaan dosis pupuk kimia tanpa menurunkan pertumbuhan dan produksi bawang merah serta dapat menekan serangan hama pada tanaman bawang merah. Penelitian dilaksanakan di screen house, Science Techno Park Unitri pada Agustus-Oktober 2022. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 10 perlakuan pupuk limbah ulat sutra dan NPK 16-16-16. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan P2 (pupuk limbah ulat sutra:sekam bakar (1:1) dosis 200 g/polybag + NPK 16-16-16 100 kg/ha = 4,5 g/polybag) dan P6 (pupuk limbah ulat sutra: sekam bakar (2:1) dosis 200 g/polybag + NPK 16-16-16 dosis 100 kg/ha = 4,5 g/polybag) memiliki bobot umbi bawang merah/rumpun lebih besar dibanding perlakuan lainnya,  berturut-turut 35,46 g/rumpun dan 28,04 g/rumpun. Hama yang terdapat pada bawang merah adalah Agrotis ipsilon, Spodoptera litura, Spodoptera exigua dan penyakit  yang ditemukan pada bawang merah adalah penyakit bercak yang diakibatkan  Alternaria porri dan Fusarium oxysporum. Pada perlakuan P2 hama yang menyerang sebesar 33,33% dan pada perlakuan P6 hama yang menyerang sebesar 11,11%. Pada kedua perlakuan tersebut  tetapi tidak ada penyakit yang menyerang. ABSTRACTThe productivity of shallots in Indonesia is still low at 9.24 tonnes/ha. This is due to the use of inferior quality seeds, poor planting media and pests and diseases. The intensive use of insecticides endangers consumers. One of the pest and disease control methods is the technical culture method. The rise of silkworm cultivation resulted in a lot of silkworm waste. If waste is not managed properly it can cause disease for silkworms and pollute the environment. Therefore, research was carried out using silkworm manure to reduce the use of chemical fertilizer doses without reducing the growth and production of shallots and suppressing pest attacks on shallots. The research was conducted at the screen house, Science Techno Park Unitri in August-October 2022. The research used a Randomized Block Design (RBD) with 10 treatments of silkworm waste fertilizer and NPK 16-16-16. The results showed that treatment P2 (silkworm waste fertilizer: roasted husks (1:1) dose of 200 g/polybag + NPK 16-16-16 100 kg/ha = 4.5 g/polybag) and P6 (silkworm waste fertilizer : roasted husks (2:1) dose of 200 g/polybag + NPK 16-16-16 dose of 100 kg/ha = 4.5 g/polybag) had a greater weight of shallot bulbs/clump compared to other treatments, respectively 35.46 g/clump and 28.04 g/clump. The pests found on shallots are Agrotis ipsilon, Spodoptera litura, Spodoptera exigua and the diseases found on shallots are spotting disease caused by Alternaria porri and Fusarium oxysporum. In the P2 treatment the attacking pests were 33.33% and in the P6 treatment the attacking pests were 11.11%. In both treatments, there was no disease that attacked.

References

Asandhi, A.A., N. Nurtika dan N. Sumarni. 2005. Optimasi Pupuk dalam Usahatani LEISA Bawang Merah di Dataran Rendah. Jurnal Hortikultura. 15(3): 199-207.

Atmosoedardjo, H.S., J. Kartasubrata, M. Kaomini, W. Saleh dan W. Murdoko. 2000. Sutera Alam Indonesia. Yayasan Sarana Wana Jaya. Jakarta.

Febrianasari, R., H. Tarno dan A. Afandhi. 2014. Efektivitas Klorantramiliprol dan Flubendiamid pada Ulat Bawang Merah (Spodoptera exigua Hubner) (Lepidoptera: Noctuidae). Jurnal Pengendalian Hama Terpadu. 2(4): 103-109.

Gough, R. 2002. Garden Guide. http://garde nguide_Montana. Edu/66%200 %20i ssue/june02. html. 21k. 5 Februari 2019.

Gunadi, N. 2009. Kalium Sulfat dan Kalium Klorida Sebagai Sumber Pupuk Kalium pada Tanaman Bawang Merah. Jurnal Hortikultura. 17(1): 34-42.

Moekasan, B.R.S dan L. Prabaningrum. 2012. Penerapan Ambang Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan pada Budidaya Bawang Merah dalam Upaya Mengurangi Penggunaan Pestisida. Jurnal Hortikultura. 22(1): 47-56.

Moekasan, T.K., L. Prabaningrum dan M. L. Ratnawati. 2005. Penerapan PHT pada Sistem Tanam Tumpang Gilir Bawang Merah dan Cabai. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Lembang, Bandung.

Napitupulu. D. dan L. Winarto. 2010. Pengaruh Pemberian Pupuk N dan K terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah.

Nasiroh, U. dan G. Trimulyono. 2015. Aktivitas Antifungi Serratia marcescens terhadap Alternaria porri Penyebab Penyakit Bercak Ungu Secara in vitro. Jurnal Biologi. 4(1): 13–18.

Priyantono, E., A. Ete, dan Andrianton. 2013. Vigor Umbi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Varietas Palasa dan Lembah Palu pada Berbagai Kondisi Simpan. e.-Jurnal Agrotekbis. 1(1): 8-16.

Rahmah, A., R. Sipayung. dan T. Simanungkalit. 2013. Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) dengan Pemberian Pupuk Kandang Ayam dan Em4 (Effective Microorganisms4). Jurnal Agroekoteknologi. 1(4): 952-963.

Rosliani, R., A. Hidayat dan A.A. Asandhi. 2004. Respons Pertumbuhan Cabai dan Selada terhadap Pemberian Pukan Kuda dan Pupuk Hayati. Journal Horticultura. 14(4): 258-688.

Shahraeen N., D.E. Lesemann, and T. Gholbi. 2008. Survey for Viruses Infecting Onion, Garlic, and Leek Crops in Iran. Eppo Bull. 38: 131- 135.

Simangunsong, N.L., R.R. Lahay dan A. Barus. 2017. Respon Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) pada Konsentrasi Air Kelapa dan Lama Perendaman Umbi. Jurnal Agroteknologi. 5(1): 17-26.

Suryaningsih, E. dan A.A. Asandhi. 1992. Pengaruh Pemupukan Sistem Petani dan Sistem Berimbang terhadap Intensitas Serangan Penyakit Cendawan pada Bawang Merah Varietas Bima. Bul. Penel. Hort. 24(2): 19-26.

Sutijo. 1986. Pengantar Sistem Produksi Tanaman Agronomi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hal 66.

Suwandi, R. Sutarya, N. Saad dan W. Adiyoga. 2012. Kajian Dampak Perubahan Iklim Terhadap Sistim Produksi Hortikultura. Laporan Hasil Penelitian. BBSDL. Bogor.

Trizelia dan T. Habazar. 2001. Penggunaan SeNPV untuk Pengendalian Hama Spodoptera exigua pada Tanaman Bawang Daun di Desa Padang Luar, Sumatera Barat. Fakultas Pertanian Universitas Andalas. Padang.

Udiarto, B., W. Setiawati, dan E. Suryaningsih. 2005. Pengenalan Hama dan Penyakit pada Tanaman Bawang Merah dan Pengendalian. Panduan Teknis PTT Bawang Merah No. 2. Bandung. ID: Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITAS).

Yuwono, M., N. Basuki dan L. Agustin. 2002. Pertumbuhan dan Hasil Ubi Jalar (lpomoea batatas (L) Lamb). pada Macam dan Dosis Pupuk Organik yang Berbeda Terhadap Pupuk Anorganik.

Downloads

Published

2023-05-31

Issue

Section

Articles