Analisis Penerapan Green Accounting Berbasis Triple Bottom Line Theory dalam Mendukung Sustainable Development pada BUMDES "Sumber Sejahtera" Desa Wisata Pujon Kidul

Authors

  • Roki' Khairullah Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Widyagama Malang

Abstract

Saat ini negara-negara berkembang dihadapkan pada pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) pada periode 2016 - 2030. SDGs memiliki tujuan yang luas dan menjangkau jauh, mewajibkan komponen non pemerintah, serta bersifat inklusif dan universal. SDGs disiapkan melalui siklus partisipatif yang sangat komprehensif melalui konferensi dengan semua pertemuan (pemerintah, masyarakat umum, media, akademisi, masyarakat filantropi, dan pihak swasta), baik dari negara maju maupun berkembang (SMERU, 2017). Sifat menyeluruh juga tercermin dalam kaidah “no one left behindâ€, tidak ada yang ditinggalkan. Tujuan terakhir pada tahun 2030 dari program SDG's adalah untuk mencapai tiga tujuan utama sebagai: menyelesaikan permaslahan kemiskinan, mencapai pemerataan, dan menjaga kualitas lingkungan.BUMDes merupakan salah satu bentuk kepentingan daerah secara keseluruhan yang ditata berdasarkan Peraturan Desa tentang Pendirian BUMDesa. BUMDes juga sepakat untuk memikirkan pengalihan penggerakan desa, menciptakan potensi desa, mendayagunakan, menggunakan potensi desa, mendukung pembiayaan dan sumber daya pemerintah desa yang diserahkan untuk dikelola oleh BUMDes. BUMDes memiliki sasaran yang jelas dan diakui dengan menawarkan berbagai bentuk bantuan kepada organisasi-organisasi yang bermanfaat, idealnya bagi jaringan pedesaan yang tergolong kalangan masyarakat miskin, mengurangi aksi rentenir dan pelepasan uang. Terlebih lagi, motivasi di balik penataan BUMDes adalah untuk pemerataan bidang usaha sekaligus meningkatkan pendapatan individu (Ridlwan, 2014). BUMDes “Sumber Sejahtera†ini juga memiliki banyak unit usaha diantaranya unit toko desa, unit air bersih, unit wisata desa, ada juga yang paling terkenal yaitu unit Cafe Sawah dan banyak lainnya. Selain berfokus pada unit usaha BUMDes “Sumber Sejahtera†juga memiliki pos-pos CSR (Coorporate Social Responsibility) yang diantaranya ada pos pengembangan usaha dan dana cadangan, pelatihan, pengecatan rumah, dan lain-lain. Dari pernyataan diatas ini maka BUMDes “Sumber Sejahtera†sudah memiliki tujuan yang selaras dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) yang dimana dengan adanya BUMDes ini diharapkan bisa mengakhiri kemiskinan, mencapai kesetaraan, dan menjaga kualitas lingkungan hidup.Akuntansi Lingkungan diciptakan guna mempermudah dalam pengambilan keputusan agar dari pengelolaaan anggaran dan biaya bisa dikelola dengan baik. Dalam upaya pelestarian lingkungan, ilmu akuntansi berperan melalui pengungkapan sukarela dalam laporan keuangannya terkait dengan biaya lingkungan atau environmental costs. Sistem akuntansi yang di dalamnya terdapat akun-akun terkait dengan biaya lingkungan ini disebut sebagai green accounting atau environmental accounting (Aniela, 2012).Menurut (Belkaoui, 2000 dalam Komar ,2004) Jadi, Green Accounting dapat memberikan data tentang sejauh mana suatu asosiasi atau organisasi membuat komitmen positif atau negatif terhadap kualitas keberadaan manusia dan keadaan lingkungannya saat ini. Akuntansi hijau pada dasarnya adalah perpaduan antara strategi moneter dan non-moneter, secara general mengambil keputusan dari pandangan pemeriksaan biaya dan dampak lingkungan dari pendekatan bisnis yang dilakukan. CSR sendiri merupakan perangkat bagi organisasi untuk menunjukkan kewajibannya terhadap lingkungan dari hasil yang diperolehnya. Perusahaan akan terus menggunakan green accounting melalui corporate social responsibility (CSR). Akibatnya, komponen lingkungan CSR dapat mendukung akuntansi hijau secara keseluruhan (Alvinaldi, 2013 dalam (erviana, 2017)).Peneliti menggunakan teori Triple Bottom Line dari semua penjelasan yang tercantum di atas. Mempertimbangkan ekonomi berkelanjutan (Sustainable Development), yang menekankan pada pelestarian alam (planet) sebagai sumber dari semua sumber daya, kesejahteraan komunitas atau orang (people), dan menghasilkan keuntungan (profit) yang cukup untuk memastikan kelangsungan eksistensi perusahaan (Stephanus, 2015). Hal ini sesuai dengan kajian lain yang mengungkapkan Triple Bottom Line memberikan pandangan bahwa, untuk menjaga daya tahan perusahaan, maka pada saat itu organisasi harus fokus pada “3Pâ€, selain mencari keuntungan, organisasi harus demikian juga fokus dan dikaitkan dengan pemenuhan bantuan terhadap masyarakat dan secara efektif membantu pengelolaan lingkungan. (Wibisono, 2007 dalam Hanifah, 2013).

Downloads

Published

2023-08-15

Issue

Section

Book Chapter 2023-Bagian 5: Inovasi Teknologi Industri Berkelanjutan