PENGARUH FORTIFIKASI KELOR TERHADAP ORGANOLEPTIK NUGGET
DOI:
https://doi.org/10.31328/ciastech.v2i1.1098Keywords:
Fortifikasi, Nugget Kelor, AnemiaAbstract
Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terjadi di seluruh dunia. Prevalensi  anemia  di Indonesia yaitu 21,7% dengan penderita anemia usia 15-24 tahun sebesar 18,4% (Kemenkes RI, 2013). Akan tetapi, kemajuan dalam penurunan anemia masih sangat rendah.  Upaya yang telah dilakukan pemerintah adalah dengan memberikan tablet Fe pada remaja di sekolah, tetapi program ini belum efektif. Sehingga dibutuhkan strategi lain berupa fortifikasi makanan yang disukai remaja. Sebagaimana yang diketahui kelor bermanfaat bagi kesehatan. Per 100 gram serbuk kelor mengandung Fe 25 kali lipat lebih tinggi dibanding sayuran bayam. Sehingga fortifikasi kelor pada nugget  sebagai makanan yang disukai remaja merupakan salah satu alternatif makanan dalam penanggulangan anemia remaja. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh fortifikasi kelor terhadap organoleptik nugget dalam upaya penanggulangan anemia remaja putri. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan 4 perlakuan dalam fortifikasi nugget kelor menjadi T1 (0%), T2 (2%), T3 (5%) dan T4 (10%), kemudian dilakukan pengujian organoleptik berdasarkan indikator warna, aroma, rasa dan tekstur. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari 30 responden remaja putri dengan teknik simple random sampling. Instrumen dalam penelitian ini yaitu kuesioner uji organoleptik menggunakan skala likert dan set alat dan bahan pembuatan nugget kelor. Analisis data dilakukan menggunakan uji univariat dan bivariat (uji friedman). Hasil analisis menunjukkan ada pengaruh fortifikasi nugget kelor terhadap organoleptik dengan Pvalue 0,000. Formulasi terpilih adalah nugget kelor T2 dengan 2% fortifikasi.References
Allen, L., dkk., 2006. Guideline on Food Fortification with Micronutriens. Jenewa:WHO
Al-Mardiyah, B., & Astuti, N. (2019). Pengaruh Penambahan Daun Kelor (Moringa Oleifera) dan Tulang Ayam Terhadap Sifat Organoleptik dan Tingkat Kesukaan Nugget Ayam. e-Journal Tata Boga, 8(2), 364-371.
Astuti, R., & Rosidi, A. (2014). Kadar Hemoglobin Pada Siswi Pondok Pesantren Putri Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak Jawa Tengah. Universitas Muhammadiyah Semarang: Prosiding Seminar Nasional & Internasional.
Bey. (2010). All Things Moringa.
Briawan, D. (2012). Anemia Masalah Gizi pada Remaja Wanita. Jakarta: EGC
Briawan,D. et al. (2014). Konsumsi Pangan, Bioavailabilitas Zat Besi dan Status Anemia Siswi di Kabupaten Bogor. Prosiding Seminar Hasil Penelitian IPB. pp.219-230
Fellows, P. (1990). Food Processing Technologi :Principal and Practice. New York: Elis Harwood.
Gopalan, C. (2010). Nutrition Research in Southeast Asia. New Delhi, WHO
Hamidiyah, A., dkk. (2018). Faktor Determinan Anemia Santri Putri. OKSITOSIN : Jurnal Ilmiah Kebidanan. Vol.6 (1). P:64-72. Diakses dari https://journal.ibrahimy.ac.id/index.php/oksitosin/article/view/345
Hamidiyah, A., & Hikmah, R. (2018). Penanggulangan Anemia melalui Kader Kokoa Moringa Oleifera (Komo). Journal of Community Engagement in Health, 1(2), 1-5.
Hamidiyah, A., & Hikmah, R. (2018). Pelatihan Pembuatan Camilan Sehat Kokoa-Moringa Oleifera (Komo) Desa Sumberejo Dan Sumberanyar. Conference on Innovation and Application of Science and Technology (CIASTECH), 1(1), 195-203
Kementrian Kesehatan RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar Nasional. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI
Krisnadi. (2013). Kelor Super Nutrisi. Blora: Pusat Informasi dan Pengembangan Tanaman Kelor Indonesia.
Krisnadi, A. D. (2012). Kelor Super Nutrisi. Retrieved Mei 1, 2019, from kelorina.com
Krisnandani, N. L., Ina, P. T., & Ekawati, I. G. (2016). Aplikasi Tahu dan Daun Kelor (Moringa Oleifera) pada Nugget. Media Ilmiah Teknologi Pangan, 3(5), 125-134.
Mitasari, L., & Suhartiningsih. (2018). Pengaruh Proporsi Puree Wortel (Daucus Carota L.) dan Ekstrak Daun Kelor (Moringa Oleifera) terhadap Sifat Organoleptik Sosis Sapi. e-Journal Boga, 7(2), 158-167.
Muchtadi, d. (2011). Ilmu Pengetahuan Bahan Makanan. Bandung: Alfabeta.
Otunola, G., dkk. (2013). The Effect of Addition of Moringa Leave Waste Fibre on Proximate and Sensory Characteristic of Cookies. Agrosearch, 13(1), 69-75. Diakses dari: http://www/echonet.org/
Rahmawati, P.S. dan Adi, C.A (2016). Daya Terima Zat Gizi Permen Jeli dengan Penambahan Bubuk Daun Kelor (Moringan Oleifera). Media Gizi Indonesia, Vo.11(1). P:86-93
Satriya, A. B., & Sutiadiningsih, A. (2019). Pengaruh Proporsi Tepung Terigu Dan Tepung Daun Kelor Terhadap Sifat Organoleptik Roll Cake. e-Journal Tata Boga, 8(3), 433-438.
Soan, Y.A. (2018). Hubungan Status Gizi dan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Anemia Mahasiswa Universitas Ibrahimy. KTI. Situbondo: Universitas Ibrahimy.
Ulfa, S., & Ismawati, R. (2016). Pengaruh Penambahan Jumlah dan Perlakuan Awal Daun Kelor (Moringa Oleifera) Terhadap Sifat Organoleptik Baso. e-Journal Boga, 5(3), 83-90.
Wijayanti, S. S., & Ismawati, R. (2016). Pengaruh Jumlah Susu Skim Dan Daun Kelor (Moringa oleifera) Terhadap Sifat Organoleptik Dan Kecepatan Meleleh Es Krim . e-Journal Boga, 5(3), 101-109.
Winarno, F.G. (2006). Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT.Gramedia Pusaka Utama