Sanitasi Peralatan Dan Penggunaan Pewarna Makanan Sintesis Pada Jajanan Tradisional (Cenil Dan Lupis) Di Kelurahan Arjosari Kota Malang

Frida Dwi Anggraeni, Enny Sumaryati

Abstract

Cenil dan lupis merupakan jajanan yang banyak dijual di pasar-pasar tradisional. Bahan baku utama untuk membuat cenil adalah tepung kanji, sedangkan bahan baku utama untuk lupis adalah beras ketan. Biasanya dibalut dengan parutan kelapa dan gula merah yang sudah dicairkan. Di Kelurahan Arjosari Kota Malang, terdapat penjual jajanan tradisional yang juga membuat sendiri makanan tersebut. Akan tetapi, masih terdapat kelemahan pada aspek produksi maupun dari aspek manajemennya. Diantaranya adalah penggunaan peralatan panci dandang yang terbuat dari aluminium
dan sudah berkarat, asap dari tungku (pawon) dengan bahan bakar kayu yang menyebabkan pencemaran udara, ketidaktahuan mitra dalam menggunakan pewarna sintesis yang tepat untuk cenil, dan kurang
dalam mempromosikan jajanan tradisional ini. Tujuan dari pengabdian ini adalah memperbaiki sanitasi peralatan yang digunakan untuk pembuatan cenil dan lupis, mengurangi pencemaran udara selama produksi, menentukan batas maksimum penggunaan pewarna makanan sintesis pada cenil yang sesuai dengan BPOM, serta meningkatkan aspek pemasarannya. Metode yang digunakan dalam pengabdian ini adalah pencarian referensi, sosialisasi dan pendampingan penggunaan pewarna makanan sintesis, desain alat untuk panci dengan bahan dasar stainless steel, penggantian tungku dengan kompor gas bertekanan tinggi, dan pembuatan banner. Hasilnya dapat memperbaiki higienitas peralatan yang digunakan karena terbuat dari stainless steel yang tidak mudah bereaksi dengan makanan, tidak adanya
pencemaran udara karena tidak menimbulkan asap di sekitar tempat produksi, mengetahui batas maksimum penggunaan pewarna makanan yang aman untuk dikonsumsi berdasarkan BPOM yaitu 70 mg/kg, atau setara dengan 1 tetes untuk tiap kg bahan. Kemudian dari aspek manajemennya, dengan adanya banner tersebut dapat memperkenalkan produk jajanan tradisional untuk menarik minat masyarakat.

Keywords

pewarna sintesis, stainless steel, kompor gas bertekanan tinggi, banner

Article Metrics

Abstract view : 386 times
PDF view : 378 times

Full Text:

PDF

References

Cahyadi,W. 2006. Bahan Tambahan Pangan. Jakarta: Bumi Aksara

Direktorat Registrasi Pangan Olahan, 2018. Kenali Pewarna Makanan Yang Membahayakan.

Badan POM RI. Jakarta

Enie dalam Tatung, N., 2013. Analisis Zat Pewarna dan Pemanis Sintetis Serta Uji

Mikrobiologis Pada Kue Cenil di Daerah Kota Yogyakarta. Skripsi Universitas

Atma Jaya Yogyakarta

Julaeha, L., Nurhayati, A., Mahmudatussa'adah, A., 2016. Penerapan Pengetahuan Bahan

Tambahan Pangan Pada Pemilihan Makanan Jajanan Mahasiswa Pendidikan Tata

Boga UPI. Jurnal Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner. Vol. 5, No. 1, April 2016

Karunia, F. B., 2013. Kajian Penggunaan Zat Adiktif Makanan (Pemanis Dan Pewarna) Pada

Kudapan Bahan Pangan Lokal Di Pasar Kota Semarang. Food Science and Culinary

Education Journal Vol. 2 (2)

Peraturan Kepala BPOM RI no. 37, 2013. Batas Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan

Pangan Pewarna. Badan POM RI, Jakarta

Ristianingrum, C.T., Moelyaningrum, A. D., Pujiati, R. S., 2018. Higiene Sanitasi dan Zat

Pewarna Rhodamin B pada Kue Cenil, Studi di Pasar Kecamatan Kota Kabupaten

Jember. Journal of Health Science and Prevention, Vol.2(2)

Rauf, Rusdin. 2013. Sanitasi dan HACCP. Graha Ilmu. Yogyakarta

Yulia, 2016. Higiene Sanitasi Makanan, Minuman, dan Sarana Sanitasi Terhadap Angka

Kuman Peralatan Makan dan Minum Pada Kantin. Jurnal Vokasi Kesehatan,

Volume II no. 1

Refbacks

  • There are currently no refbacks.