PENGARUH TEMPERATUR PADA TAR DAN API PIROLISIS MINYAK JELANTAH
DOI:
https://doi.org/10.31328/ciastech.v3i1.1961Keywords:
Pirolisis, Jelantah, TarAbstract
 Selama beberapa tahun terakhir, jumlah limbah seperti minyak goreng bekas (jelantah) yang telah habis masa pakainya meningkat secara tajam. Peningkatan kualitas dari minyak jelantah supaya bisa setara dengan kualitas dari biodiesel sudah banyak dilakukan seperti proses emulsifikasi, transesterifikasi, pirolisis dsb. Pengelolaan limbah dengan transesterifikasi yang menggunakan cairan kimia seperti alcohol menyebabkan tingkat keasaman yang tinggi pada biodiesel dan kebutuhan alcohol juga cukup banyak. Pemecahan menggunakan panas dirasa menjadi solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Salah satu cara untuk menangani pengolahan limbah adalah dengan proses pirolisis. Pirolisis adalah proses degradasi termal dari komponen organik tanpa menggunakan oksigen. Salah satu metode untuk mengetahui kualitas bahan bakar adalah dengan mengetahui nyala api. Karakteristik api yang dimaksud adalah sifat fisis seperti dimensi api, warna api dan temperature api. Proses pirolisis sudah mendapatkan hasil yang cukup baik dimana volume tar terbanyak didapatkan pada temperature pirolisis 450oC, namun temperature nyala api hasil pirolisis tertinggi didapatkan pada temperature pirolisis 400oC. Ketinggian nyala api paling tinggi didapatkan pada temperature pirolisis 500oC.Downloads
Issue
Section
Riset Bidang Teknologi dan Rekayasa